Kriteria Evaliasi
Menurut Hasan (1988) evaluasi program semula merupakan evaluasi kurikulum.
Karena itu cenderung tidak membedakan evaluasi program dengan evaluasi
kurikulum. Sehubungan dengan pendapat tersebut, akan diuraikan hal-hal yang
berhubungan dengan kriteria dalam mengadakan evaluasi.
Evaluasi
harus berhubungan dengan kriteria. Dasar pemikiran tersebut, dengan criteria
evaluator dapat memberikan pertimbangan nilai, harga, dan komponen-komponen
program yang perlu penyempurnaan serta yang telah memenuhi persyaratan.
Evaluator tanpa kriteria sama dengan bekerja dalam kegelapan. Tnpa adanya
kriteria pertimbangan yang diberikan adalah tanpa dasar.
Kriteria
evaluasi dikembangkan melalui model-model evaluasi yang digunakan. Empat
kelompok pengembangan yang dapat dilakukan, yakni: “Pre-ordinate, Fidelity,
Matual-adaptive, dan process”.
Pendekatan
“Pre-ordinate” memiliki dua karakteristik; pertama kriteria ditetaokan
sebelum pelaksanaan evaluasi. kriteria ini bersifat mengikat karena ditetapkan
sebelum evaluator turun turun ke lapangan. Karekteristik kedua, kriteria yang
dikembangkan bersumber pada standar tertentu. Seperti yang bersumber pada
pandangan teoritik atau kumpulan tradisi yang sudah dianggap baik.
Pendekatan “Fidelity”
pada dasarnya ada kesamaan prinsip dengan kedekatan “Pre-ordinate” yakni
kriteria yang dikembangkan sebelum evaluator turun ke lapangan untuk
mengumpulkan data. Perbedaaan prinsipil pada keduanya yaitu pada hakekat
evalusi yang digunakan. Pendekatan Fidently tidak menggunakan
criteria yang bersifat umum ( universal ) sebagaimana tuntutan pendekatan Pre-Ordinate.
Pendekatan
ke tiga dikenal dengan istilah pendekatan gabungan mutual-adaptive.Pendekatan
ini merupakan perpaduan antara pendekatan “Pre-Ordinate, Fidently, Process “
kriteria yang di gunakan dikembangkan dari karakteristis program dari luar,
seperti berdasarkan pandangan secara teori, dari para pelaksana, dan dari
pemakai program.
Pendekatan
berikut ini dikenal dengan istilah pendekatan proses. Sesuai dengan namanya,
pendekatan ini mengembangkan kriteria selama proses evaluasi berlangsung.
Kriteria didapat melalui , wawancara, observasi, atau studi dokumentasi.
Pendekatan ini berhubungan erat dengan aplikasi pendekatan kualitatif. Karakteristis
yang menonjol dari pendekatan ini merupakan criteria yang dipergunakan
dikembangkan selama evaluator di lapangan. Konsekuensinya pendekatan ini
terikat dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana program di lapangan.
Kriteria
dalam evaluasi ini mengacu pada :
1. Pedoman – pedoman tentang
program pendidikan jasmani yang berlaku.
2. Persepsi para pengembang
program yang teruji secara teoritis.
3. Pertimbangan evaluator.
Sesuai
dengan permasalahan terdahulu yaitu pada bagian pendahuluan pelaksana program
pendidikan jasmani. Oleh sebab itu program ini perlu di evaluasi. Dari evaluasi
tersebut pihak perencana, pengambil keputusan, dan pelaksana akan mendapatkan
masukan yang diperlukan guna penyempurnaan lebih lanjut.
Penelitian
evaluasi tentang pelaksanaan program pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan
membandingkan antara proses pelaksanaan program atau proses pelaksanaan yang
program yang terjadi dalam pembelajaran dengan proses pembelajaran yang
seharusnya dilaksanakan atau yang sesuai kurikulum ideal, yaitu termuat dalam
buku GBPP kurikulum pendidikan jasmani.
Kunci
pelaksanaan program apakah program telah sesuai dengan criteria kurikulum ideal
yaitu yang tercantum dalam Buku Kurikulum Pendidikan Jasmani tahun 2004.
Kriteria menurut Ebel (1972), yang digunakan untuk menentukan nilai prestasi
yang diklasifikasikan atas dasar tingkatan sebagai berikut :
A
= 81-100% Sangat baik
B
= 61-80% Baik
C
= 41-60% Cukup
D
= 21-40% Kurang
E
= 0-20% Sangat kurang
Atau
Klasifikasi :
A =
81-100% sangat memadai
B = 61-80% memadai
C = 41-60% cukup
memadai
D = 21-40 %kurang
memadai
E = 0-21% sangat
kurang memadai
Menentukan
Alternatif Pilihan
Kriteria Evaluasi
Saat melakukan suatu keputusan pembelian,
konsumen harus bisa menentukan prioritas terhadap pembelian yang tepat supaya
tidak melakukan kesalahan dalam perwujudan mendapatkan barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Dalam mengambil keputusan mengenai
pembelian suatu barang, harus memperhatikan yang mana kebutuhan yang
penting dan jumlah uang yang kita punyai, juga menetapkan dan menggunakan
berbagai kriteria evaluasi termasuk pada harga, Merek pada saat membuat
keputusan pembelian. Selain itu juga, menilai kinerja setiap alternatif sebagai
dasar evaluasi serta mengetahui dan memahami bagaimana situasi konsumen dalam
menentukan pilihan dengan melihat berbagai aspek yang sudah ada. Persaingan
antar perusahaan sejenis baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif.
Oleh karena itu perusahaan yang ingin hidup dan berkembang harus memperhatikan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi serta memuaskan kebutuhan konsumen,
khususnya disini pelayanan. Dengan semakin ketatnya persaingan maka harus
semakin selektifnya konsumen dalam memilih produk yang tersedia di pasar,
hingga konsumen harus benar-benar teliti dalam pembelian terhadap barang tsb.
·
Menentukan
alternatif pilihan
Kemudian kriteria yang akan menjadi
alternatif pilihan di tentukan barulah konsumen menentukan alternative produk
yang menjadi pilihannya.
·
Menaksir
Alternatif Pilihan
Ada
tiga cara pandang dalam menganalisis alternatif keputusan konsumen :
1.
Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat
keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternatif produk yang
tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternatif yang
ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat
mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik, disebut ekonomik
man.
2. Sudut
Pandang Kognitif
Konsumen sebagai kognitif man atau
sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu
mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi
selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau
menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive
man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi
yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi
pengambilan keputusannya pada keputusan yang memuaskan.
3.
Sudut Pandang Emosianal
Menekankan emosi sebagai pendorong utama,
sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha
mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang
menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi. Anggapan emotional man itu
tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya
lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
·
Menyeleksi aturan
pengambilan keputusan
Dalam
menyeleksi aturan pengambilan keputusan terdapat suatu hal yang perlu
diperhatikan, yang paling utama adalah yang paling penting dalam memenuhi
berbagai kriteria yang dapat dicapai oleh produk tersebut agar dapat memuaskan
konsumen.
Menaksir
alternatif pilihan
Ada tiga sudut
pandang dalam menganalisis alternatif pilihan keputusan konsumen :
1. Sudut Pandang
Ekonomis
Konsumen
sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua
alternatif produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap
alternatif yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta
harus dapat mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik,
disebut economic man.
2. Sudut
Pandang Kognitif
Konsumen sebagai
kognitif man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah
informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan
gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi
inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di
antara economic man dan passive man, seringkali cognitive
man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali
mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya pada keputusan
yang memuaskan.
3. Sudut Pandang
Emosianal
Menekankan emosi
sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme
buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi.
Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi.
Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar.
Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang
rasional.
Menyeleksi
aturan pengambilan keputusan
Proses
pengambilan keputusan yang terdiri dari 5 tahap yaitu :
1.
Menganalisis
keinginan dan kebutuhan
2.
Pencarian informasi
3.
Penilaian dan pemilihan alternative
4.
Keputusan untuk membeli
5.
Perilaku sesudah
pembelian
Situasi
pembelian berkaitan dengan:
§ Pertama : Lingkungan di
dalam toko seperti ketersediaan produk, perubahan harga, dan kemudahan belanja
dengan pilihan berbelanja.
§ Kedua : Situasi berkaitan
dengan apakah produk yang di beli untuk hadiah atau untuk diri nya sendiri.
Konsumen biasanya menggunakan criteria yang berbeda dan mungkin memilih merk
yang berbeda dan mungkin memilih merk berbeda jika ia membeli untuk dirinya
sendiri.
§ Ketiga : Situasi
pembelian berkaitan dengan keadaan mood konsumen ketika berbelanja. Keadaan
senang atau keadaan susah mempengaruhi pemrosesan dan pencarian informasi
tentang produk.
Menurut
Howard dan Sheth ada 3 model dalam pengambilan keputusan :
§ Pemecahan masalah yang
luas yaitu pengambilan keputusan dimana pembeli belum mengembangkan criteria
pemilihan.
§ Pemecahan masalah
terbatas yaitu situasi yang menunjukan bahwa pembeli telah memakai criteria
pemilihan, tapi ia belum memutuskan merk apa yang terbaik.
§ Pemecahan masalah
berulang kali yaitu pemilih telah menggunakan criteria pemilhan dan telah pula
menetap kan produknya.
Variabel Stimulus
Variable
stimulus merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor eksternal) yang sangat
berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya: Merek dan jenis
barang, iklan,pramuniaga,penataan barang, dan ruangan toko.
Variabel Respons
Variabel respons merupakan hasil aktivitas individu
sebagaireaksi dari variabel stimulus. Variabel respons sangat
bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus. Contohnya: keputusan membeli barang, pemberi
penilaianterhadap barang, perubahan sikap terhadap suatu produk.
Pembelian
Proses
keputusan membeli
Keputusan pembelian
merupakan kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap
produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian,
menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses
pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan
keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan.
Keputusan pembelian menurut Schiffman,
Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan
keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat
keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.
Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap
yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap ,yaitu:
a.
Pengenalan
Masalah
b.
Pencarian
Informasi
c.
Evaluasi
alternative
d.
Keputusan
Membeli
e.
Tingkah
laku pasca pembelian.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
·
Pengenalan
Masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan
masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
·
Pencarian
Informasi
Proses
pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal). Seorang konsumen yang sudah terkait
mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan
konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen
kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam
ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan
tersebut.
Pengaruh relatif dari sumber informasi
ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima
sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang
dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber
pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi
pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi
membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli
·
Evaluasi
Alternative
Tahap dari proses keputusan membeli,
yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif
dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses
evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat
produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat
arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan
unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut.
Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat
atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda
lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu
prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.
Bagaimana konsumen
mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing
individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen
menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain,
konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka
membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang
konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya
pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran
pembelian.
·
Keputusan
Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat
peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan
membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor
dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor
pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga,
merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak
diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan
tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkanbisamenambah niat pembelian.
·
Evaluasi
Pasca Pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli,
yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada
rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas
dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan
prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan,
konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila
melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada
informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain.
Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan
terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara
harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan
bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya
sehingga pembeli akan puas.
Memilih
alternatif terbaik
Terjadinya
transaksi pembelian (dipandang dari sisi pemasaran) yaitu :
Pembelian
yang direncanakan: biasanya terjadi berdasarkan kebutuhan, artinya si konsumen
memang membutuhkan barang-barang tertentu.
Dalam hal
pembelian yang telah direncanakan, biasanya konsumen telah memiliki pengetahuan
yang lengkap tentang produk yang hendak mereka beli. Misalnya pengetahuan
tentang merek, tentang harga, kemasan, keandalan, pelayanan dan lain
sebagainya. Perhatian utamanya adalah pada barang-barang yang biasa atau
terbiasa dia konsumsi/gunakan kecuali ada rangsangan-rangsangan tertentu dari
produk substitusi sehingga si konsumen melihat manfaat lebih dari produk
substitusi tersebut.
Pembelian
yang tidak direncanakan : terjadi karena konsumen melihat atau merasakan
manfaat lain dari manfaat utama produk yang mereka beli.
Lalu
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembelian tidak direncanakan ?
Pertama
adalah lingkungan fisik atau pengetahuan konsumen tentang toko, supermarket
atau mall dimana si konsumen beraktifitas: mencakup pilihan lokasi , tata letak
(layout) rak pajangan. Pemilihan lokasi yang tepat, lahan parkir yang
luas, kemudahan akses dari dan ke toko/supermarket/mall, termasuk juga keamanan
lokasi sangat menentukan apakah konsumen mau berkunjung ke toko Anda atau
tidak. Lokasi yang “sempit”, atau mau parkir saja mesti putar-putar tiga atau
empat kali, atau tidak ada akses kendaraan umum dari dan ke lokasi, atau udara
yang sumpek dan panas, tentu saja menjadikan toko Anda alternatif terakhir
untuk dikunjungi. Kemudian pemilihan warna cat atau wallpaper juga cukup
menentukan. Pilihlah warna yang sesuai dengan tema Anda (misi dan visi Anda),
tapi sekaligus merangsang pembelian. Kemudian satu hal lagi yang tidak boleh
dilupakan adalah pilihan suara atau musik. Pilihlah musik yang sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan dimana toko/supermarket Anda berada. Pilihan
jenis musik untuk waktu-waktu tertentu juga cukup menentukan, misalkan pagi
hari memperdengarkan musik yang lembut-lembut, menjelang siang mungkin musik
yang agak keras/cepat dan seterusnya, yang jelas pilihlah musik yang Anda
yakini bisa merangsang pembelian. Berikutnya (masih termasuk lingkungan fisik)
adalah pengaturan (tataletak) rak display dan penempatan produk. Aturlah
rak-rak display Anda sedemikian sehingga terkesan rapi sehingga konsumen akan
merasa nyaman berjalan di lorong-lorong diantara rak. Demikian juga dengan
barang-barang yang dipajang di rak. Pengelompokan produk sangat dianjurkan dan
diatur sedemikian sehingga konsumen mudah untuk mencarinya, dan bila perlu,
beri informasi-informasi yang lebih memudahkan konsumen seperti petunjuk letak
barang. Sebisa mungkin hindari penempatan barang ditengah-tengah lorong yang
memberi kesan semrawut. Ingat, kecuali membeli barang, konsumen juga sedang
membeli kenyamanan.
Lingkungan
fisik atau pengetahuan konsumen tentang toko/supermarket Anda adalah faktor
yang paling krusial. Mengapa ? Karena dengan mempersiapkan lingkungan fisik
toko/supermarket Anda sebaik mungkin, maka bukan hanya pembelian yang tidak
direncanakan yang dapat Anda jaring, tetapi bahkan konsumen yang sudah
merencanakan membeli produk tertentupun dengan senang hati akan berbelanja di
toko/supermarket Anda.
Faktor
kedua adalah masalah waktu. Ketersediaan waktu juga mempengaruhi konsumen dalam
pengambilan keputusan melakukan pembelian. Jika mereka tidak mempunyai cukup
banyak waktu, maka mereka akan mengurangi waktu untuk pencarian informasi.
Penggunaan
informasi yang tersedia juga akan menurun, dan informasi negatif atau yang
tidak menguntungkan turut pula dijadikan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan akibat adanya tekanan waktu, sehingga mereka hanya akan melakukan
pembelian yang telah direncanakan saja. Sebaliknya bagi konsumen yang mempunyai
waktu mencukupi akan melakukan pencarian informasi dan mengolahnya dengan baik sehingga
diharapkan dapat memunculkan keinginan pembelian barang yang tidak
direncanakannya. Namun pembelian yang tidak direncanakan yang dilakukan
konsumen terlebih dahulu mempertimbangkan kebutuhan, nilai dan ketertarikannya
pada produk yang akan dibeli.
Faktor
ketiga adalah adanya rangsangan-rangsangan tertentu yang “sengaja” diciptakan
oleh para pemasar sehingga konsumen melakukan pembelian yang tidak
direncanakan, bahkan seringkali tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan
ketertarikannya pada barang yang dibeli. Rangsangan itu dapat berupa potongan
pembelian, gift, gimmick, promo, launching produk baru (atau yang diperbarui),
obral, dan seterusnya. Belanja merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi
sebagian orang, karena belanja bukan saja aktivitas jual beli saja, namun juga
merupakan salah satu kegiatan rekreasi pada masyarakat dewasa ini.
Konsumen
mempunyai berbagai motivasi atau alasan berbelanja, selain untuk mendapatkan
produk, konsumen juga memandang berbelanja sebagai kegiatan menyenangkan yang
disertai satu atau lebih aktivitas seperti yang diungkapkan pakar marketing
Henry Assael bahwa berbelanja merupakan aktivitas menikmati lingkungan toko,
menelusuri dan mengamati penawaran-penawaran toko, berbicara pada pramuniaga,
serta membelanjakan uang.
Kegiatan
belanja yang tampaknya sederhana ternyata melibatkan interaksi rumit antara
berbagai aspek lingkungan dimana kegiatan belanja dilakukan sehingga strategi
pemasaran dirancang untuk memahami perilaku berbelanja konsumen ini
FAKTOR
SOSIAL
|
||
Kultur
Klas
sosial
Kelempok
referensi
Keluarga
Peran
dan Status
|
Memilih sumber-sumber pembelian
Sumber-Sumber
Pembelian Intern :
1. Motivasi
merupakan
kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk
memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan
ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa
haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik
yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan
untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
Seperti
yang diterangkan oleh teori Robert Maslow: Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (lapar, haus), disusul kebutuhan-kebutuhan
keselamatan (perasaan aman, perlindungan),
kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkungan dan
dicintai), selanjutnya kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri,
pengakuan, status) dan mengkerucut ke kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri
(pengembangan dan perwujudan diri).
2. Belajar
Proses
dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Sewaktu orang
berbuat, mereka belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku
seseorang individu yang bersumber dari pengalaman.
Melalui
perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Kepercayaan
adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. Sebuah
sikap, menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik,
perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama
waktu tertentu terhadap beberapa obyek atau gagasan.
3. Kepribadian
Keputusan
pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, tahapan
daur hidup,pekerjaan,situasi ekonomi,gaya hidup,serta kepribadian dan konsep
diri pembeli.Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup
keluarga.Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa ang dibelinya.Situasi ekonomi
seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk.
· Sumber-sumber
Pembelian ekstern
1. Kebudayaan
faktor
budaya adalah salah satu pengaruh yang paling berdampak luas dalam perilaku
konsumen.
Contohnya
saja seorang konsumen yang sudah sangat cinta dengan kebudayaan
bangsanya,sehingga ia selalu menggunakan prodak dalam negeri dan tidak mau
menggunakan prodak luar.memang tidak semua konsumen seperti itu,masih terdapat
konsumen-konsumen yang tidak mempunyai jiwa kebudayaan yang melekat utuh
didalam
dirinya,sehingga ia masih dengan mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing,dan
menggunakan produk-produk dari luar.
2. Kelompok
Sosial dan Refrensi
Pada
umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitas dan lingkungannya
tentang produk apa yang harus dibeli.
Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu :
- Kelompok
acuan : semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap / prilaku
seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen
dapat membuat keputusan konsumsi.
- Keluarga
sebagai organisasi pembelian konsumen
yang
paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang
dalam membeli barang sehari-hari.
- Peran :
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau
merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.
3. Keluarga
Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.
Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Seseorang
umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub,
organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan
dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
diberikan oleh masyarakat.
Para
anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli. Kita
dapat membedakan dua maaca keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama, keluarga
sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orangtua. Kedua, keluarga sebagai sumber
keturunan.
Sumber :