Pengertian Deduktif
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Contoh: Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial. Sedangkan paragraf deduktif adalah
paragraf yang kalimat utamanya berada di awal paragraf, kemudian diikuti
kalimat kalimat penjelas.
Contoh paragraf deduktif
:
Pemuda warga desa
Tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib.
Sebelumnya, banyak anak sekolah yang dibiarkan di luar rumah, dan hanya duduk
duduk di pinggir jalan pada saat jam jam belajar. Para pemuda mulai mendatangi
orang tua dan memberi pengertian pentingnya belajar bagi anak anak mereka.
Apabila warga menemukan anak-anak mereka sedang kumpul - kumpul di pinggir
jalan pada saat jam belajar, mereka akan diperingatkan dan diajak untuk belajar
bersama. Jam belajar masyarakat dimulai pukul18.00 sampai pukul 20.00.
Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat yang pertama
yaitu , Pemuda warga desa tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar
masyarakat dengan tertib.
Pengertian Silogisme
Silogisme adalah
suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme, Berdasarkan bentuknya,
silogisme terdiri dari;
Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung
silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang
termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut
adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat
partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Sebagian makanan
tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan
tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat
negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Sebagian pejabat
korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat
tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang adalah
politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa
disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif,
maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata
rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil
jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua premis tersebut tidak mempunyai
kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis
tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan
berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus
konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten,
maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
∴ Kambing bukan
binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term
negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik
dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda
kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di
langit.(mayor)
∴ Januari bersinar
dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term,
yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin adalah
tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat
diturunkan kesimpulannya
Silogisme
Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya naik becak
(konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Sekarang bumi telah basah
(minor).
∴ Hujan telah turun
(konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah
dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak
dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak
akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke
jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak
gelisah.
∴ Mahasiswa tidak
turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila
premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik
adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak
terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak
sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak
terlaksana.
Silogisme
Alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
Silogisme
Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah
silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis
minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik
istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti
sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
Heri
jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata
Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur (konklusi).
·
Silogisme
disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti
luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
Ternyata
tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
·
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan
berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
·
Silogisme
disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
1.
Bila premis
minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi
menjadi guru atau pelaut.
Budi
adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
1.
Bila premis
minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Ternyata
tidak lari ke Yogyakarta
∴ Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa
jadi dia lari ke kota lain.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
·
Dia menerima hadiah pertama
karena dia telah menang dalam sayembara itu.
·
Anda telah memenangkan sayembara
ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Rantai Deduksi
Sebab
itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
Rantai
Deduksi adalah penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari
entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula
berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang
informal.
Contoh
:
a. Semua
plecing kangkung pedas rasanya. (hasil generalisasi)
Kali
ini saya diberi lagi plecing kangkung.
Sebab
itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas rasanya. (deduksi)
Saya
tidak suka akan makanan yang pedas rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini
adalah plecing kangkung pedas.
Sebab
itu, saya tidak suka plecing kangkung ini. (deduksi)
Saya
tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya
tidak suka makanan ini.
Sebab itu saya tidak memakannya. (deduksi)
b. Semua
jamu pahit rasanya. (hasil generalisasi)
Kali
ini saya diberi lagi jamu.
Sebab
itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
Saya
tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini
adalah jamu pahit.
Sebab
itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya
tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya
tidak suka minuman ini.
Sumber :
Pengertian Deduktif http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
/
Contoh-contoh kalimat deduktif http://www.uklis.net/2013/10/pengertian-dan-contoh
paragraf-deduktif.html
Pengertian Silogisme http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
BalasHapusJangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja PT Astra Internasional Tbk