Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan
menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Contoh
paragraf Induktif :
Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat seperti brigdens, shafel muter, salsa (dan Kripton), free dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan
jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih
mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai
dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan
menggeser kesenian dan budaya tradisional.
Contoh
generalisasi:
Jika
ada udara, manusia akan hidup.
Jika
ada udara, hewan akan hidup.
Jika
ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena
individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
1. Luna Maya adalah pemain film,
dan ia berparas cantik
2. Aura Kasih adalah pemain film,
dan ia berparas cantik.
ii : Semua bintang sinetron
berparas cantik.
Pernyataan "semua bintang
sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
1.
Mpok Atie juga pemain
film, tetapi tidak berparas cantik
Macam-macam
generalisasi :
·
Generalisasi
sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh
: Sensus penduduk
·
Generalisasi
tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana
kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh : Hampir seluruh pria dewasa
di Indonesia senang memakai celana pantalon
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna
juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang
benar.
Prosedur pengujian atas
generalisasi tersebut adalah:
1.
Jumlah sampel yang diteliti
terwakili.
2.
Sampel harus bervariasi.
3.
Mempertimbangkan hal-hal
yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi
dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi,
pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi,
putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Hubungan Kausal
Hubungan sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau
ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan.
Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau
sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum
mengalami akibat.
Contoh hubungan
kausal :
Kuberikan
sedikit uang disakuku untuk membeli obat, ia menatap wajahku.. Menitikkan air
mata lagi.. Ia menangis karena senang mendapatkan uang untuk membeli obat dan
makanan untuk adik dan ibunya dirumah.
Beberapa hari
kemudian, aku bertemu dengan anak itu bersama ibunya di pasar. Mereka
menghampiriku,, memberiku sedikit makanan kecil sebagai ungkapan terima kasih
padaku karena telah membantu anak itu beberapa hari yang lalu.
Pengertian lain tentang
kausalitas adalah kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya
bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan
pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai
hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan
tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan
bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi
keraguan apapun.
Kausalitas
dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat
atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang
pertama.
Kausalitas
merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan
kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode
ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.
Hipotesis & Teori
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah
yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala
yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau
menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis
yang telah terujikebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang
dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...)
sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan
benar turun, maka dugaan terbuktibenar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut
hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya
dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Artinya,
hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir
biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya
sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada
perbedaan makna di dalamnya.
Ketika
berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah
anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya.
Hipotesis juga
berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antarasejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan
membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian,
salah satu di antaranya, yaitupenelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang
melalui tahap-tahap tertentu. Hal
demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti,
dan terarah. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung
dapat diuji.
Kegunaan
Hipotesis
merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.Terdapat tiga alasan utama yang
mendukung pandangan ini, di antaranya:
1.
Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan
yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik.
3.
Hipotesis
adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya,
hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Hipotesis
dalam penelitian
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian,
tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan
hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.
Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak.
Contohnya yaitu Penelitian
eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak
menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentangfenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap
penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam
penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan
hipotesis.
1.
Untuk
menguji teori
2.
Mendorong
munculnya teori
5.
Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan
Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila
hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan
merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar
diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis
yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1.
Hipotesis
diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis
merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau
searah dengan tujuanpenelitian.
2.
Hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pastivariabel
independen dan variabel dependen.
3.
Hipotesis
menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang
dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.
Hipotesis
harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan
ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.
Hipotesis
harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan
menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat
diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi
metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.
Hipotesis
harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang
sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel
dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif
atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unitanalisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di
bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal
tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang
dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang
akan dihipotesiskan.
7.
Hipotesis
harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.
Tahap-tahap
pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada
umumnya sebagai berikut:
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu
keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.
Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
2.
Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis)
Dugaan atau
anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa
hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat
digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan
hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Dalam penalaran
ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.
Formulasi
hipotesa
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan
tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai
contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari
hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu
pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum
gravitasi.
5.
Pengujian
hipotesa
Artinya,
mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebutverifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok
dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering
mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
Apabila hipotesa
itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok
dengan fakta. Kemudian harus
dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Hubungan hipotesis dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai
jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secaraempiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya
hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan
hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka
teoritis. Hipotesis
ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti. Pernyataan hubungan
antara variabel,
sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan
sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah
dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis
yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti
atau dipelajari dalam penelitian. Dalam
penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk
meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori
yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur
dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk
yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara
yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan
suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris
atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.
Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan
hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai
hipotesis.
Jika teori
merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis),
hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam
tingkat yang konkret atau empiris). Hipotesis menghubungkan teori dengan
realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori
dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai
pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji atau kadang-kadanag
hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas.
Oleh karena
teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak
memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak
mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak
memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.[13] Kemudian, karena dasar penyusunan
hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan
hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa
atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau
kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi,
sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu
hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau
hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa
penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian
deduktif),
kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.
Sumber :
Pengertian Hubungan Kausal http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/hubungan-kausal/ Andrik Supriadi
Pengertian Hubungan Kausal id.wikipedia.org/wiki/Kausalitas
hunungan?apa hubungan?
BalasHapus